Rabu, Oktober 22, 2008

Usia Muda dan Gangguan Karir

Kenali Karir

Dalam memilih karir anda tentu harus yakin dengan pilihan tersebut. Oleh karena itu anda harus mampu menyusun rencana karir yang jelas bagi anda sendiri. Kenali berbagai hal yang bisa membantu anda dalam pengembangan karir. Namun demikian anda perlu bersikap realistis dan tidak memasang target yang muluk- muluk. Untuk memperoleh kredibilitas tidaklah berarti bahwa anda harus menjadi seorang yang sempurna (perfect); karena tidak ada manusia yang sempurna. Kredibilitas anda akan dinilai berdasarkan pada apa yang anda ketahui dan apa yang tidak ada ketahui dan bagaimana anda menyikapi hal tersebut. Dengan kata lain ada harus bersikap realistis untuk mau mengakui apa yang tidak bisa anda kerjakan dan apa yang bisa anda kerjakan. Jika anda dapat melakukannya maka orang lain (termasuk klien dan rekan kerja senior) pasti akan menaruh "respect" dan percaya pada anda.

Ikuti Aturan

Dalam dunia kerja selalu ada aturan-aturan main yang berlaku baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Sebagai contoh sederhana adalah cara berpakaian dan cara-cara berkomunikasi dengan sopan. Sehebat apapun anda atau seberapa banyak pun gelar yang anda sandang, aturan atau norma-norma tersebut tidak boleh anda abaikan. Anda harus belajar untuk menyesuaikan diri dengan budaya yang ada dalam perusahaan. Jika anda yang kebetulan berusia muda mau mengikuti aturan (cth: bisa berkomunikasi dengan baik dan memiliki cara berpakaian yang pantas) maka gap antara senior dan junior akan dapat diminimalisasikan dengan cepat.


Terus Belajar

Satu cara paling efektif menghilangkan kritik atau pun pandangan negatif dari orang lain adalah dengan menunjukkan kinerja. Intinya adalah orang lain jarang peduli bagaimana anda mengerjakan tugas atau pekerjaan yang diberikan, tetapi yang menjadi pokok perhatian adalah apakah anda mampu mengerjakan tugas dengan baik. Sekali orang yang mengkritik anda melihat bahwa anda melakukan suatu pekerjaan atau tugas dengan sukses maka ia akan berhenti menganggap remeh dan mengkritik anda. Oleh karena itu lakukan berbagai upaya untuk dapat menunjukkan performa yang optimal. Lakukan semua pekerjaan sekecil apapun tugas yang diberikan dan jangan takut untuk bertanya atau berbagi pengalaman atau pengetahuan dengan orang lain. Teruslah membuka diri untuk menerima informasi atau pengetahuan baru. Gunakan berbagai sarana ada untuk belajar dan meningkatkan kemampuan anda.

Hargai Perbedaan

Tak bisa dipungkiri bahwa meskipun anda telah melakukan berbagai upaya untuk menghilangkan gap antara senior dan junior, namun tetap saja masih ada perbedaan-perbedaan. Dalam hal ini anda tidak perlu berkecil hati, sebab bisa saja hal tersebut mungkin bukan disebabkan oleh anda melainkan memang sudah menjadi karakteristik dari senior anda. Satu-satunya cara untuk membuat anda tidak frustrasi adalah dengan mengakui adanya perbedaan tersebut dan menunjukkan bahwa memang ada perbedaan cara dan gaya kerja antara anda yang berusia muda dengan para senior anda yang berusia lebih tua. Sejauh tidak menyalahi aturan yang berlaku maka kerjakan tugas-tugas yang menurut gaya anda meskipun para senior anda tidak melakukannya. Hal ini kadang-kadang dipandang perlu untuk memberikan penyegaran bagi perusahaan, terutama jika perusahaan tersebut lebih banyak mempekerjakan pegawai yang berusia terbilang senior dan masih memakai pola kerja lama. Selain itu anda pun wajib menghargai senior yang memiliki perbedaan cara dan gaya kerja dengan anda karena hal ini akan turut memperkaya wawasan anda.

Bersikap Rendah Hati

Dalam bekerja ada banyak kesempatan dimana kita dituntut untuk bersikap rendah hati dengan mau berbagi atau mendelegasikan tugas-tugas kepada orang lain, terutama untuk hal-hal yang bukan menjadi kompetensi kita. Pada saat anda tahu bahwa ada orang lain yang lebih kompeten untuk mempresentasikan suatu materi pada klien anda atau kepada atasan anda, maka tidak ada salahnya jika anda memberikan kesempatan kepada rekan anda tersebut. Selain itu, anda pun harus berani untuk menolak suatu tugas-tugas yang bukan menjadi kompetensi anda.

Selain beberapa cara di atas, saya yakin masih ada cara-cara lain yang bisa anda lakukan untuk menjaga kelanggengan karir anda. Akhir kata, usia hanya akan menjadi hambatan karir jika anda membiarkannya. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan keberhasilan anda dalam menunjukkan kompetensi yang anda miliki maka usia berapapun bukan masalah untuk meraih kesuksesan karir. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.


Baca Selanjutnya.....

NAPZA DAN HIV/AIDS DI KALANGAN REMAJA ?

NAPZA

Sebetulnya penggunaan narkotik, obat-obatan, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) untuk berbagai tujuan telah ada sejak jaman dahulu kala. Masalah timbul bila narkotik dan obat-obatan digunakan secara berlebihan sehingga cenderung kepada penyalahgunaan dan menimbulkan kecanduan (dalam bahasa Inggris disebut “substance abuse”). Dengan adanya penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui pola hidup para pecandu, maka masalah penyalahgunaan NAPZA menjadi semakin serius. Lebih memprihatinkan lagi bila yang kecanduan adalah remaja yang merupakan masa depan bangsa, karena penyalahgunaan NAPZA ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan, sosial dan ekonomi suatu bangsa. Dalam istilah sederhana NAPZA berarti zat apapun juga apabila dimasukkan keda1am tubuh manusia, dapat mengubah fungsi fisik dan/atau psikologis. NAPZA psikotropika berpengaruh terhadap system pusat syaraf (otak dan tulang belakang) yang dapat mempengaruhi perasaan, persepsi dan kesadaran seseorang.

Secara umum, NAPZA dibedakan dari efek yang dihasilkannya, yaitu :


a. Stimulan (Perangsang). Obat jenis ini meningkatkan aktifitas dalam sistem syaraf pusat dan otonom. Obat perangsang bekerja mengurangi kantuk karena kelelahan, mengurangi waktu makan dan menghasilkan insomnia, mempercepat detak jantung, tekanan darah dan pemapasan, serta mengerutkan urat nadi, membesarkan biji mata. Obat perangsang yang paling banyak dipakai adalah: nikotin (dari nikotin tembakau), kafein (terdapat dalam kopi, teh, coklat, minuman ringan), amfetanium, kokain (dari erythroxylum pohon koka), dan crack (kristalisasi bentuk dasar kokain).


b. Anti Depresan, yaitu sejenis obat yang mempunyai kemampuan untuk memperIambat fungsi sistem syaraf pusat dan otonom. Obat anti depresan memberikan perasaan melambung tinggi, memberikan rasa bahagia semu, pengaruh anastesia (kehilangan indera perasa), pengaruh analgesia (mengurangi rasa sakit), penghilang rasa tegang dan kepanikan, memperlambat detak jantung dan pernafasan serta dapat berfungsi sebagai obat penenang dan obat tidur. Obat anti depresan yang sering dipakai meliputi: obat penenang hipnotis, alkohol, benzodiazepines, obat tidur (dengan nama dagang seperti Valium dan Rohypnol), analgesik narkotika (opium, morfin, heroin, kodein), analgesik non-narkotika (aspirin, parasetamol), serta anastesia umum seperti ether, oksida nitrus.


c. Halusinogen. Sejenis obat yang memiliki kemampuan untuk memproduksi spektrum pengubah rangsangan indera yang jelas dan pengubah perasaan serta pikiran. Akibat yang disebabkan oleh halusinogen dan reaksi subyektif terhadap pengaruh-pengaruh tersebut bisa bebeda jauh antara satu pemakai dengan pemakai yang ragamnya mulai dari perasaan gembira yang luar biasa sampai perasaan ngeri yang luar biasa. Contohnya: LSD, psilocybin, jamur (juga dikenal sebagai jamur sakti), dan DMD atau detura yang berasal dari bunga terompet


d. Klasifikasi NAPZA yang lain. Jenis-jenis obat yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap sistem syaraf pusat dan otonom, namun jenis-jenis obat tersebut berpengaruh langsung terhadap bahan-bahan kimia otak yang spesifik (neurotransmitter). Ketika sedang aktif, neurotransmitter itu diyakini mempengaruhi emosi, rasa sakit, daya ingat dan keterampilan motorik


Bahaya NAPZA


Pada dasarnya, semua obat adalah racun, yang apabila dikonsumsi melebihi dosis yang aman dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat sampai menimbulkan kematian. Demikian pula dengan obat-obatan atau zat yang bersifat adiktif atau menimbulkan ketagihan. Dalam keadaan ketagihan, pecandu merasa sangat tidak nyaman dan kesakitan. Baginya, tidak ada lagi yang lebih penting daripada mendapatkan zat yang menyebabkan dia ketagihan itu. Untuk mendapatkan itu dia dapat melakukan apapun, seperti mencuri, bahkan membunuh
Bila dikonsumsi terus-menerus, zat adiktif ini dapat menyebabkan peningkatan toleransi sehingga pemakai tidak dapat mengontrol penggunaannya dan cenderung untuk terus meningkatkan dosis pemakaian sampai akhirnya tubuhnya tidak dapat menerima lagi. Keadaan ini disebut overdosis, dan apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat, dapat menyebabkan nyawa melayang. Overdosis juga dapat disebabkan oleh penggunaan campuran dua jenis atau lebih NAPZA. Mencampur beberapa jenis sangat berbahaya karena kalau NAPZA dicampur, pengaruhnya akan lebih dahsyat bahkan dapat menimbulkan reaksi lain yang tak terduga. Banyak kasus overdosis yang merupakan akibat dari pencampuran berbagai jenis NAPZA. Campuran yang paling berbahaya adalah campuran dua macam depresan misa1nya heroin dan alkohol dan / atau valium rohypnol. Pengaruh sinergi dari dua jenis depresan dapat menutup rapat pusat pernapasan otak, yang mengakibatkan koma atau kematian.

Selain kecanduan, ketergantungan dan overdosis, masih ada bahaya lain yang mengintai para pengguna NAPZA. Efek yang ditimbulkan oleh NAPZA dapat membuat pemakainya kehilangan kontrol atas dirinya, sehingga terkadang melakukan hal-hal yang tidak akan dilakukannya apabila ia sedang dalam kesadaran penuh. Walaupun NAPZA tidak akan membuat seseorang menjadi pemerkosa kalau memang dia tidak punya fantasi untuk itu misalnya, tapi di bawah pengaruh NAPZA (terutama yang bersifat stimulan dan halusinogen) seseorang bisa melakukan hubungan seks yang tidak aman, yang buntut-buntutnya dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan atau penularan penyakit kelamin. Selain itu, bergantian memakai jarum suntik juga dapat menularkan virus seperti HIV dan Hepatitis B.

Tahap-tahap kecanduan NAPZA


Dari penjelasan di atas tadi, kita tahu bahwa seseorang tidak begitu saja mengalami ketergantungan, melainkan bertahap. Diawali dengan tahap eksperimental, dimana seseorang coba-coba memakai NAPZA, seperti juga coba-coba merokok atau minum beralkohol. Motivasi coba-coba ini bisa macam-macam. Setelah itu, mungkin karena merasakan efek yang menyenangkan, ia ingin mengulanginya. Apabila hal ini berlangsung lebih sering, maka ia akan memasuki tahap pembiasaan, dimana penggunaan NAPZA sudah menjadi kebiasaannya. Selanjutnya adalah tahap kompulsif yaitu seseorang sudah mengalami ketergantungan dan pemakaiannya sudah tidak dapat dikendalikan lagi, yang akhirnya dapat mengarah ke overdosis seperti tadi dibicarakan
Bagaimana seseorang bisa mulai menjadi pemakai dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun faktor lingkungan. Kedua faktor ini berhubungan sangat erat satu sama lain. Yang termasuk faktor individu, selain untuk iseng dan coba-coba, antara lain adanya harapan untuk dapat memperoleh "kenikmatan" dari efek obat yang ada, atau untuk dapat menghilangkan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dirasakan, baik sakit yang sifatnya fisik (seperti yang dialami penderita kanker atau penyakit lain) maupun psikis, seperti misalnya sakit hati karena putus cinta, rapor jelek, atau dimarahin ortu Seringkali perilaku kita dipengaruhi oleh pergaulan maupun lingkungan tempat tinggal kita. Bagi generasi muda, hal paling berat yang dirasakan adalah tekanan kelompok sebaya (peer pressure) untuk dapat diterima/diakui dalam kelompoknya. Biasanya di kalangan remaja, kita suka ikut apa yang dilakukan oleh temen-temen kita, hanya karena takut dianggap nggak cool dan nggak gaul. Karena itulah, bergaul rapat dengan para pengedar dan pemakai NAPZA beresiko tinggi. Selain itu, tempat tinggal dan sekolah juga berpengaruh, misalnya rumah kita berada di lingkungan peredaran atau pemakaian NAPZA, atau kita bersekolah di tempat atau di lingkungan yang rawan terhadap penyalahgunaan NAPZA

.
Penggunaan narkoba yang semakin meluas di berbagai kalangan masyarakat dewasa ini tampaknya masih belum teridentifikasi secara komprehensif. Walaupun upaya upaya penanggulangan udah mulai bermunculan disana sini, tapi data mengenai seberapa luas penyebarannya di masyarakat, siapa aja yang terlibat, faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap permasalahan itu, serta dampak yang ditimbulkan dan sebagainya masih belum tersedia baik itu di instansi-instansi resmi maupun yang bergerak dalam bidang penanggulangan narkoba. Dulu kita pikir antara narkoba dan AIDS nggak ada hubungannya. Eh ternyata sekarang bukti menunjukkan bahwa kasus AIDS yang disebabkan karena Narkotika meningkat drastic, terutama dikalangan remaja, NAH, LO!

Saat ini di dunia diperkirakan hampir lebih dari 30 juta orang hidup dengan HIV/AIDS dan sebagian besar ada di negara-negara sedang berkembang. Oleh karenanya tidak mengherankan apabila AIDS saat ini menjadi penyebab yang paling utama dari kematian yang terjadi. WHO memperkirakan perkembangan HIV/AIDS setiap harinya terjadi sekitar 14.000 kasus baru atau setiap detiknya akan ada 9 kasus. Sementara itu di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS yang diketahui sebanyak 1283 kasus, termasuk tambahan pada bulan Juni 2000 kemarin sebanyak 26 kasus yang terdiri dari 8 kasus AIDS dan 18 kasus HIV positif. Dari jumlah kasus-kasus diketahui, diperkirakan sekitar 52.000 orang dewasa dan anak-anak telah hidup dengan HIV/AIDS, mengerikan bukan ?Di beberapa negara, pengguna napza ( narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif ) melalui jarum suntik atau lebih sering dikenal dengan IDU (Injecting Drug Use) atau obat yang disuntikkan menjadi sebuah tren baru yang menjadi pemicu kasus-kasus HIV/AIDS seperti di Malaysia, Vietnam, Thailand termasuk Indonesia. IDU mempunyai kaitan yang erat dengan HIV/AIDS manakala obat disuntikkan dengan menggunakan media atau jarum suntik yang telah terkontaminasi dengan virus sehingga virus dapat dengan mudah ditularkan daripada cara-cara penularan yang lain. Selain itu, kaitan yang lain yaitu, ada kecenderungan di kalangan IDU memiliki perilaku seksual yang beresiko tinggi.

Dengan kondisi seperti itu, jelas akan menjadi pemicu yang mengkhawatirkan terhadap kasus-kasus di sebuah daerah. Kondisi seperti ini pun ternyata sudah menjangkau kalangan IDU’s di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus HIV/AIDS yang disebabkan oleh Idu yaitu dari 1283 kasus HIV/AIDS, 60 diantaranya disebabkan oleh IDU. Gambaran yang cukup mengejutkan barangkali bisa dilihat pada perkembangan 6 bulan terakhir sampai dengan bulan Juni 2000 ini, di mana dari 240 kasus baru, 37 kasus diantaranya adalah IDU. Seperti pengalaman negara-negara lain, perkembangan kasus HIV/AIDS pada IDU ini diperkirakan bisa mencapai 40 persen.

Mengapa remaja memakai napza ? Ada banyak alasan mengapa remaja menggunakan napza, kebanyakan karena masalah emosional / psikis yaitu untuk mengurangi kecemasan, melupakan permasalahan yang sedang dihadapi ( melarikan diri dari masalah ), mengatasi kesepian, untuk relaks, dan masih banyak alasan lainnya. Namun ada juga yang menggunakan napza karena awalnya adalah coba-coba kemudian akhirnya ketagihan karena efek ‘enak’ yang didapatkan oleh remaja setelah mengkonsumsi napza. Menurut seorang ahli, ada 6 faktor ( yang dapat berdiri sendiri atau bergabung satu sama lain ) untuk menjelaskan mengapa seseorang bisa menjadi penyalahguna napza sedangkan yang lain tidak, yaitu :

1. Kebutuhan untuk menekan frustasi dan dorongan agresif, ketidakmampuan menunda kepuasan

2. Tidak ada identifikasi seksual yang jelas

3. Kurang kesadaran dan upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang bisa diterima secara sosialM

4. Menggunakan perilaku yang menyerempet bahaya untuk menunjukkan kemampuan diri

5. Menekan rasa bosan

Memang pada akhirnya permasalahan penyalahgunaan napza ini akan bergantung pada faktor diri remaja selain juga pengaruh lingkungan di sekitarnya ataupun tekanan dari teman sebayanya. Menggunakan narkotika melalui jarum suntik tidak hanya mangakibatkan tertularnya virus HIV/AIDS saja akan tetapi juga beberapa penyakit lain yang ditularkan melalui darah misalnya hepatitis B, hepatitis C, sipilis, ataupun malaria. Ternyata memang banyak resiko yang ditawarkan oleh penggunaan jarum suntik pada diri remaja.

Kemudian apa yang bisa dilakukan untuk mencegah semakin maraknya kasus penyalahgunaan napza di lingkungan remaja, khususnya yang menggunakan jarum suntik ? Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terinfeksinya HIV/AIDS melalui jarum suntik adalah :

1. Melakukan program pencegahan dengan melalui KIE ( komunikasi, edukasi, & informasi )

Misalnya dengan melalui ceramah, seminar, media seperti buklet, leaflet, poster, sticker, buletin ataupun majalah / koran

2. Melakukan program penurunan resiko

Selain pencegahan, maka perlu juga dilakukan program-program yang secara langsung ditujukan pada para IDU’s misalnya dengan penyediaan jarum suntik steril, memberikan penyuluhan kepada mereka dan partner seks mereka agar mereka menyadari resiko-resiko perilakunya dalam kaitannya dengan HIV/AIDS, menyediakan pelayanan konseling bagi para IDU’s maupun bagi IDU’s yang sudah hidup dengan HIV/AIDS, menyediakan pelayanan kesehatan dan juga menyediakan kondom. Memang program penurunan resiko ini cukup dilematis, di satu pihak itu memberikan kesan bahwa program ini justru melegalkan penyalahgunaan napza ataupun hubungan seks, namun di pihak lain ini merupakan sebuah strategi yang cukup efektif khususnya bagi remaja yang sudah aktif menggunakan napza, maupun yang sudah seksual aktif. Hal yang perlu diingat adalah bahwa kondisi remaja itu berbeda-beda, ada yang perilakunya tidak / kurang beresiko namun ada pula remaja yang perilakunya beresiko tinggi, dan tentu saja hal ini harus disikapi dengan metode yang berbeda sesuai dengan karakteristiknya.

3. Melakukan program outreach dan pendidik teman sebaya

Remaja biasanya lebih dekat dengan teman sebayanya dibandingkan dengan orangtua ataupun gurunya sehingga apabila ada permasalahan maka mereka lebih suka untuk datang ke temannya baik untuk menceritakan maupun meminta solusi atas permasalahan yang dialaminya. Dengan adanya program pendidik teman sebaya ini maka remaja akan menjadi narasumber bagi remaja lainnya.

4. Melalui rehabilitasi

Bagi remaja yang sudah ketagihan dan pengkonsumsi berat narkoba maka tidak ada jalan lagi kecuali ‘disembuhkan’ dengan cara rehabilitasi baik secara medis, psikis ( spiritual ) dan cara-cara yang lainnya.
Masa remaja memanglah masa yang indah, penuh dengan petualangan, sekaligus penuh dengan resiko, termasuk ketagihan obat-obatan terlarang. Hai remaja akankah kamu menyia-nyiakan masa mudamu dengan hal yang akan mengubur masa depanmu dan cita-citamu ?



Baca Selanjutnya.....

Mengapa Remaja Perlu Konseling Tentang Seksualitas

Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh remaja adalah penyesuaian terhadap perubahan hormon reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Setelah mendapatkan pengalaman pertama dalam hal menstruasi untuk yang perempuan dan mimpi basah untuk yang laki-laki. Selain itu juga keingintahuan yang besar terhadap hal-hal yang berbau seks dan kengintahuan tentang cara untuk menyalurkan dorongan seks ketika lagi ‘bete’ ( birahi tinggi ). Karena seksualitas masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat kita, maka remaja seringkali mencari informasi seputar seksualitas dari sumber-sumber yang seringkali menyesatkan seperti dari ‘tabloid biru’, buku-buku stensilan, majalah porno dan lain sebagainya. Sumber-sumber yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya ini ternyata menimbulkan berbagai macam mitos seputra seksualitas di kalangan remaja, seperti kalau hubungan seks hanya sekali tidak akan mengakibatkan kehamilan, dorongan seks laki-laki lebih besar daripada dorongan seks perempuan, dan sebagainya. Lalu apakah masalah terbesar remaja ? Masa remaja seringkali dipandang sebaga masa yang paling sulit dibandingkan dengan masa-masa kehidupan yang lain. Pada masa ini ada banyak penyesuaian yang harus dilakukan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dialaminya, serta untuk memenuhi tuntutan dari keluarga dan masyarakat. Masalah terbesar remaja dalam beberapa tahun terakhir ini adalah masalah misalnya tentang bagaimana remaja perempuan menolak hubungan seksual, pilihan perilaku seksual ( pegangan tangan, ciuman, saling menggesekkan alat kelamin / petting, bahkan sampai dengan berhubungan seks ). Masalah lain yang sering muncul adalah minimnya pengetahuan remja mengenai masalah seksualitas dan juga rendahnya akses remaja terhadap sumber informasi seksualitas yang benar dan bertanggung jawab.

Banyaknya persoalan seksualitas di kalangan remaja selain disebabkan oleh anggapan tabu tentang seks di masyarakat yang berakibat remaja kurang memiliki pengetahuan tentang masalah seksualitas yang benar, juga disebabkan karena tidak adanya dukungan dari sistem, berupa kebijakan dalam bidang kesehatan yang

Selama ini apabila kita berbicara mengenai seks maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks, padahal seks itu artinya adalah jenis kelamin. Jenis kelamin ini membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis, sedangkan seksualitas menyangkut : dimensi biologis, yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatannya ; dimensi psikologis, di mana seksualitas berkaitan dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual ; dimensi sosial, berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks ; dan dimensi kultural, menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat.


Sejauh manakah perilaku seks remaja saat ini ? Data konseling kehamilan remaja di Lentera Sahaja PKBI DIY mulai bulan Juni 1997 sampai dengan bulan Agustus 1997 menunjukkan 571 kasus kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan remaja. Kehamilan ini terjadi dalam situasi yang berbeda-beda, misalnya dipaksa melakukan hubungan seks, baik oleh orang yang dikenal seperti pacar, teman , saudara, maupun oleh orang yang tidak dikenal ; petting ( hanya ada beberapa kasus ) ; hubungan seksyang kemudian dilakukan atas persetujuan kedua belah pihak ( dengan berbagai "janji / rayuan" dari pihak laki-laki ) tanpa memikirkan konsekuensinya secara mendalam ; kepercayaan terhadap mitos seputar kehamilan dan cara menghindarinya, misal minum minuman yang bersoda setalah berhubungan seks akan mencegah terjadinya kehamilan ; serta penghitungan masa subur yang meleset.
Apakah ada perbedaan persoalan seksualitas remaja laki-laki dan remaja perempuan ? Pada dasarnya masalah remaja yang berkaitan dengan seksalitas dialami oleh remaja laki-laki maupun perempuan, namun akibat negatifnya lebih banyak dialami oleh remaja perempuan, dengan kata lain seringkali remaja perempuan mejadi korban dari permasalah seksualitas ini. Dalam masyarakat ada anggapan bahwa perempuan haruslah menjaga keperawanan sehingga tidak sepantasnya perempuan itu menyalurkan dorongan seksualnya dengan hubungan seks, sedangkan bagi remaja laki-laki, tidak ada tuntutan semacam itu, bahkan remaja laki-laki yang telah berhubungan seks dianggap lebih berpengalaman dan mendapatkan nilai lebih di mata teman-temannya. Posisi tawar yang rendah pada remaja perempuan membuat mereka tidak mampu mengambil keputusan atas dirinya dan tubuhnya sendiri. Ketika remaja perempuan memilih atau melakukan hubungan seks karena terpaksa maka akibat negatif yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, seperti kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual dan terinfeksi HIV/AIDS. Pada umumnya, jikalau terjadi KTD, remaja perempuan ini tidak tahu di mana tempat yang tepat untuk mengadukan masalah yang dihadapinya.


Untuk membantu remaja menyelesaikan masalahnya secara bertangung jawab, diperlukan keberpihakan terhadap remaja, yang muncul dalam bentuk pemahaman, empati dan dukungan kepada remaja. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat membantu remaja dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya termasuk seksualitas adalah dengan melalui konseling. Mendapatkan informasi mengenai seksualitas merupakan hak semua orang termasuk remaja. Selama ini sarana-sarana yang dipakai remaja untuk memenuhi keingintahuannya tentang masalah seksualitas ini didapatkan dari berbagai sumber, buku-buku populer, diskusi dengan teman-temnnya, nonton film / video, dan lain sebagainya. Informasi seperti in seringkali tidak benar, penuh dengan mitos dan bias gender. Melalui konseling seksualitas, remaja akan memperoleh info yang benar, proporsional dan bertanggung jawab dari konselor yang bersangkutan. Remaja juga dapat berdiskusi dengan konselor mengenai problem seksualitas sehingga pada akhirnya remaja bisa memahami nilai pribadinya, sikap dan perilaku seksualnya, serta belajar untuk mengambil keputusan lebih lanjut. Dengan demikian, ketika remaja mempunyai masalah, dia akan mendapatkan dukungan dari orang yang bisa memahami keadaannya.






Baca Selanjutnya.....