Rabu, Juli 22, 2009

Membangun Citra Diri Positif

Mencintai orang lain? Wah, itu biasa dilakukan remaja seusia kita. Mencintai diri sendiri? Nah, ini malah belum tentu bisa dilakukan dengan baik oleh remaja seusia kita.
Mencintai diri sendiri bukan berarti kita menjadi orang yang sombong lagi takabur. Mencintai diri sendiri malah lebih cenderung kepada mensyukuri apa yang Allah berikan kepada diri kita. Dalam ilmu psikologi populer, mencintai diri sendiri berarti adalah kita memiliki citra diri yang positif. Apa pentingnya mencintai diri sendiri ini? Manfaat apa saja yang kita raih dari memiliki citra diri positif? Itu semua bisa dan kita juga akan tahu kiat apa yang kita perlukan untuk membentuk citra diri yang positif.

Pentingnya Citra Diri yang Positif

“Anda adalah sebagaimana yang Anda pikirkan tentang diri Anda sendiri” Bingung? Versi aslinya, mungkin malah lebih mudah dipahami: “You are what you think”. Ini adalah kalimat pepatah luar negeri. Maksudnya adalah jika kita memiliki citra diri positif, maka kita akan mengalami berbagai macam hal positif sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
Banyak ahli percaya bahwa orang yang memiliki citra positif adalah orang yang beruntung. Citra diri yang positif membuat mereka menikmati banyak hal yang menguntungkan, antara lain:

1. Membangun Percaya Diri


Citra diri yang positif secara alamiah akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci sukses. Orang yang mempunyai citra diri positif tidak akan berlama-lama menangisi nasibnya yang sepertinya terlihat buruk. Citra dirinya yang positif mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih dapat ia lakukan. Ia akan fokus pada hal-hal yang masih bisa dilakukan, bukannya pada hal-hal yang sudah tidak bisa ia lakukan lagi. Dari sinilah, terdongkrak rasa percaya diri orang tersebut.

1. Meningkatkan Daya Juang

Dampak langsung dari citra diri positif adalah semangat juang yang tinggi. Orang yang memiliki citra diri positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada masalah, ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisa melihat bahwa hidupnya jauh lebih indah dari segala krisis dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. Segala upaya dijalaninya dengan tekun untuk mengalahkan masalah yang sedang terjadi dan meraih kembali kesuksesan yang sempat. Inilah daya juang yang lebih tinggi yang muncul dari orang dengan citra diri positif.

Manfaat Citra Diri yang Positif

Seseorang yang memiliki citra diri yang positif akan mendapatkan berbagai manfaat, baik yang berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya. Manfaat-manfaat yang terasakan oleh si empunya citra diri positif dan lingkungannya tersebut adalah:

  1. Membawa Perubahan Positif

Orang yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik.
Masalah pengangguran tidak membuat orang bercitra diri positif mencak-mencak dan memaki pemerintah. Orang seperti ini akan berusaha mencari dan membuat lapangan pekerjaan bagi diri dan lingkungannya. Hingga ia bisa meyakinkan investor dan memulai usahanya, lapangan pekerjaan pun akan terbuka. Perubahan positif tidak hanya terasakan oleh dirinya, namun juga oleh lingkungannya.

  1. Mengubah Krisis Menjadi Keberuntungan

Selain membawa perubahan positif, orang yang memiliki citra positif juga mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong orang untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra diri positif, kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus perhatian mereka tidak melulu tertuju kepada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, melainkan fokus mereka diarahkan pada jalan keluar.

Seringkali kita memandang pada pintu yang tertutup terlalu lama, sehingga kita tidak melihat bahwa ada pintu-pintu kesempatan lain yang terbuka untuk kita. Kita seringkali memandang dan menyesali kegagalan, krisis dan masalah yang menimpa terlalu lama, sehingga kita kehilangan harapan dan semangat untuk melihat kesempatan lain yang sudah terbuka bagi kita. John Forbes Nash, pemenang nobel di bidang ilmu pengetahuan ekonomi dan matematika, justru merasa tertantang ketika mengalami soal matematika atau permasalahan ekonomi yang sulit. Kesulitan-kesulitan ini menurut Forbes, merupakan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya memecahkan masalah tersebut. Kesulitan dan masalah dalam matematika dan ekonomi, mendorongnya untuk mencari cara-cara baru yang lebih efektif dan kreatif sebagai solusi bagi permasalahan tersebut.

Strategi Membangun Citra Diri Positif

Setelah kita menyadari pentingnya memiliki citra diri positif, dan manfaat memiliki citra diri positif, tentunya kita juga ingin tahu bagaimana membangun citra diri yang positif. Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan untuk membentuk citra diri yang positif:

  1. Persiapan
    Salah satu cara membangun citra diri positif adalah melalui persiapan. Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan kemampuan kita meraih sukses. Keyakinan ini merupakan modal dasar meraih keberuntungan. Dengan melakukan persiapan, kita sudah berhasil memenangkan separuh dari pertarungan. Persiapan menuntun kita untuk mengantisipasi masalah, mencari alternatif solusi, dan menyusun strategi sukses. Persiapan dapat diwujudkan dengan mencari ilmu pengetahuan yang mendukung kita dalam menyelesaikan suatu masalah. Persiapan juga berarti latihan fisik dan perencanaan strategi bagi atlet-atlet olahraga.
  2. Berpikir Unggul

Untuk membangun citra diri yang positif, kita harus berpikir unggul. Cara berpikir unggul seperti ini akan mendorong kita untuk senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaik. Mereka tidak akan berhenti sebelum mereka dapat mempersembahkan sebuah mahakarya. Muhammad Ali, petinju asal Amerika Serikat, telah menjadi petinju legendaris dengan segudang prestasi yang membanggakan. Semua ini dapat diraih Ali karena selalu berpikir unggul. Setiap kali bertanding, yang dipikirkan oleh Ali adalah kemenangan. Ali tidak pernah berpikir kalah, tetapi selalu berpikir menang. Dengan tujuan kemenangan, Ali dan pelatih serta semua yang mendukungnya berlatih dan menyusun strategi untuk membukukan kemenangan yang sudah dipikirkan sebelumnya.

  1. Belajar Berkelanjutan

Selain melalui persiapan yang tepat serta berpikir unggul, citra diri positif juga bisa dibangun melalui komitmen pada pembelajaran berkelanjutan. Hasil belajar akan membawa perubahan positif dengan menambah nilai bagi orang yang berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan baru, yang bisa dijadikannya modal untuk maju meraih sukses. Tanpa semangat untuk senantiasa mengembangkan diri, orang yang sudah memiliki citra positif bisa saja lalu kehilangan citranya tersebut karena tidak dianggap ”unggul” lagi atau tidak dianggap mampu menambah nilai bagi masyarakat sekitar melalui karya-karya yang dihasilkannya.
Seringkali orang yang sudah berada di tingkat atas merasa tak perlu lagi untuk belajar. Ia memandang remeh untuk belajar lagi, ia pikir, “Toh, aku sudah sukses.” Tambahan, orang seperti ini lebih enggan lagi untuk belajar pada orang yang lebih rendah dari dirinya. Hasilnya, ketika ia dirundung masalah, keberhasilannya pun melorot. Orang yang lebih rendah yang terus belajar akan menggantikannya dan menangani masalah dengan lebih baik.



Baca Selanjutnya.....

Rabu, Juli 08, 2009

Memasuki Masa Pubertas Tanpa Gejolak

Masa remaja, suatu masa yang setiap orang pasti melewatinya. Begitu menyenangkan namun tidak sedikit yang merasa bingung dan gundah. Kenapa ?Seringkali seorang anak memasuki masa remajanya tanpa bekal yang cukup, terutama tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya sehingga dapat menimbulkan ketakutan dan keresahan. Hal ini kadang juga dibarengi dengan perasaan malu bertanya kepada orang tua dan lebih memilih tanya pada teman sebaya yang notabene juga senasib dengannya alias sama-sama gak tahu.

Masa pubertas

Masa remaja identik dengan masa pubertas karena pada masa ini telah terjadi kematangan organ reproduksi sehingga terjadi perubahan fisik dan emosi. Perubahan ini adalah suatu hal yang wajar, yang harus mereka kenali dan fahami agar lebih siap, dapat bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut, dan tidak menimbul gejolak yang berlebihan. Terjadinya perubahan ini waktunya tidak sama pada tiap-tiap anak. Umumnya pada remaja putra 11 – 15 tahun, sedang pada remaja putri biasanya terjadi pada usia 9 – 13 tahun. Kematangan alat reproduksi pada remaja putra ditandai dengan keluar air mani (ejakulasi) yang pertama, yang ditandai dengan mimpi basah, kemudian suara menjadi lebih berat, jakun lebih menonjol, dan tumbuh rambut pada beberapa bagian tertentu. Adapun tanda kematangan alat reproduksi pada remaja putri berupa pinggul mulai membesar, banyak keringat yang sering diikuti timbul bau badan (BB), haid pertama, jerawat, tumbuh rambut halus pada ketiak, kaki, kelamin luar. Tanda perubahan fisik ini juga dibarengi dengan terjadinya perubahan psikis diantaranya mulai tertarik pada lawan jenis, tidak PD, gelisah, perasaan ingin bersaing.

Tanpa Gejolak

Munculnya tanda-tanda pubertas seringkali menimbulkan gejolak tersendiri bagi seorang remaja. Hal ini dapat diminimalkan dengan adanya dukungan dari orang tua, guru, dan lingkungan berupa bimbingan dan arahan tentang apa dan bagaimana mereka melewati masanya. Remaja tetap berhak melewati masa pubertasnya dengan ceria tanpa hambatan yang berarti. Ada hal-hal penting yang bisa dilakukan remaja lebih dari sekedar memikirkan perubahan atau kekurangannya antara lain mengembangkan hobi dan kreatifitas, mengembangkan persahabatan, meningkatkan nilai spiritual, meningkatkan prestasi dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan untuk mengatasi ke-kurangpede-an karena perubahan diri, setiap remaja hendaknya selalu menjaga kebersihan dan kesehatan tubuhnya, khususnya organ reproduksinya dengan cara mandi 2x sehari, keramas 2-3x seminggu, rajin membersihkan muka, mengatasi BB dengan deodorant/sejenis, mengganti pakaian dalam setiap hari, makan makanan bergizi, dan olahraga teratur. Dengan pengetahuan yang cukup dan dukungan yang optimal diharapkan para remaja dapat melewati masa pubertasnya tanpa gejolak.

Apa itu mimpi basah?

Remaja laki-laki memproduksi sperma setiap harinya. Sperma tidak harus selalu dikeluarkan, ia akan diserap oleh tubuh. Sperma bisa dikeluarkan melalui proses yang disebut ejakulasi, yaitu keluarnya sperma melalui penis. Ejakulasi bisa terjadi secara alami (tidak disadari oleh remaja laki-laki) melalui mimpi basah.

Tips merawat kebersihan organ reproduksi

  1. Jangan memakai celana dalam yang terlalu ketat (torsio, mengganggu spermatogenesis).
  2. Khitan, bagi laki-laki, untuk menjaga kebersihan penis (kulit yang menutupi ujung penis).
  3. Haid. Saat haid rajin berganti celana dalam dan pembalut
  4. Membersihkan/membilas setelah buang air kecil.
  5. Celana dalam harus bersih, sering diganti, dari bahan yang menyerap keringat.

Baca Selanjutnya.....

Jatuh Cinta vs Patah Hati

Jatuh cinta itu, pasangannya sama patah hati. Entah bener atau nggak, tapi ada pernyataan klasik yang dah sering aku denger dari zaman SMP, "Saat kamu jatuh cinta, saat itu pula kamu harus siap untuk patah hati". See? Yah, meski buatku ada benarnya ada tidaknya. tergantung objek yang kita -jatuhcinta-in itu...

Jatuh cintaku, waktu SMA tentunya. Dengan cinta itu pula aku belajar merajut mimpi, merancang harapan, mewujudkan keinginan. Meski tak lepas juga dari andai-andai dan angan. But that's normal, right? Manusiawi! Saat itu, aku juga sedang belajar untuk bisa mencintai Ia. Lalu bagaimana dengan cintaku yang lain? cintaku pada-nya, yang bukan pada-Nya? Oooh...berarti aku harus mencintainya karena diri-Nya. Tapi, adakah yang tahu batasan untuk bisa mencintai dirinya karena diri-Nya? Meski berkali-kali lidahku berucap, Rabbana...aku mencintainya karena-Mu... Cintaku pada-Nya, sangatlah luas...begitupun dengan cintaku pada dirinya... pada dia... Namun bisakah cinta yang ada pada satu keping hati terbagi dua? atau cinta manakah yang porsinya lebih besar aku berikan? Bias...saat itu semua bias di mataku...
Hingga suatu hari aku sadar, cintaku padanya bertepuk sebelah tangan. Aku patah hati! Bahkan hingga menggugat Tuhan, Mengapa? Bukahkah aku sudah mencintainya karena-Mu?!Dan patah hati itu, telah menghancurkan semua mimpi, harapan, dan anganku. Telah membuatku sangat terpuruk dan gelap mata. Mengakhiri hidup? seringkali terlintas dalam benakku.
Aku meninggalkan semua yang ada di sekelilingku. Menjadi sosok intovert, lari dari semua aktivitas dan duniaku yang ada saat itu. Dunia menulisku, dunia organisasiku, dunia dakwahku... Semua kutinggalkan! Untuk apa? apakah dengan tetap berada di sana aka membuat cintaku kembali? Mencari cinta yang lain? Huff...aku tak berminat.

Satu setengah tahun. Waktu yang harus kuhabiskan untuk mengobati luka akibat patah hati itu. Dengan terseok, penuh darah dan air mata (terlalu hiperbolis, ding. cuma air mata doang kok :p). Jadi inget tawaran seseorang waktu chatting di YM saat itu, "Kamu mau aku antar ke psikiater? Di Bandung ada psikiater bagus, namanya -tuuutt-" Ha...Ha...ha... Yeah, akhirnya aku ke psikiater juga. Hanya saja bukan atas saran dia, tapi si tante psikiater itu kawan ibuku.
Patah hati itu, ternyata harus kubayar mahal. Sangat mahal! Karena aku membayarnya dengan kehilangan sahabat-sahabatku... Sebenarnya, tidak pyur kehilangan mereka, hanya saja, ternyata mereka sudah sangat jauh berlari di depanku. Sahabat-sahabat penulis sudah banyak yang mengeluarkan buku, cerpen, essay, bahkan jadi penulis skenario. Sahabat-sahabat organisator sudah menjadi "orang-orang terkenal" dalam dunia politik kampus di tempatnya masing-masing (bukannya narsis, tapi gw cuma mau bilang kalau SMANSA punya orang-orang yang sangat berpotensi di bidang itu). Sahabat-sahabat dakwah... Wuiihh...Top Abis!! Salut buat kalian, saudaraku semua... (sok banget gw masih yakin kalo mereka masih anggap gw sodara). Kalian sangat dibutuhkan di tengah bejatnya rimba dunia ini... Meski tak lagi aku berada di sana, bersama kalian menegakkan Islam. Namun selalu aku menatap dari sini, tersenyum...
Lalu, dimanakah aku saat mereka semua berlari? Aku... masih terpuruk di sini. Berharap ada diantara mereka yang berbalik untuk membantuku berdiri. Karena aku tak lagi jatuh dan terluka lecet di kaki. Namun sepertinya kakiku telah patah.Patah hati... Humm... untuk melihat seberapa besar cintamu pada sesuatu, lihatlah seberapa besar pengaruh yang terjadi saat akhirnya dirimu patah hati. Satu setengah tahun adalah waktu yang sangat lama (relatif juga sih, kata Om Einstein) dalam dunia persaingan. Ya, selain kehilangan mimpi, sahabat, ternyata aku juga kehilangan waktu. Bahkan kehilangan sebagian dari diriku...
Efek jelek? Humm...mungkin sampai sekarang masih ada sisa-sisa patah hati. Hingga membuatku takut untuk bermimpi. Tapi, bukankah orang yang paling patut dikasihani adalah orang yang tidak memiliki mimpi? Maka, mulailah aku belajar merajut mimpi... Mulai mencintai lagi... Aku bisa! Pasti! Hikmah? pasti ada. Aku tahu bagaimana rasanya jadi pecundang. HIngga aku juga harus tahu bagaimana rasanya jadi pemenang. Aku tahu bahwa musuh terbesar dalam hidupku adalah diriku sendiri. Aku tahu bahwa aku tidak boleh lagi berharap akan pertolongan orang lain. Bahasa egois yang sering muncul di benakku, "Gue, nggak butuh elu untuk bisa ngedapetin apa yang gue mau!"

Humm.. Yah, patah hati... sakit juga ternyata... "aku hanya miliki cinta...
dengan cintaku, semoga kalian bahagia..."


Baca Selanjutnya.....