NAPZA
Secara umum, NAPZA dibedakan dari efek yang dihasilkannya, yaitu :
a. Stimulan (Perangsang). Obat jenis ini meningkatkan aktifitas dalam sistem syaraf pusat dan otonom. Obat perangsang bekerja mengurangi kantuk karena kelelahan, mengurangi waktu makan dan menghasilkan insomnia, mempercepat detak jantung, tekanan darah dan pemapasan, serta mengerutkan urat nadi, membesarkan biji mata. Obat perangsang yang paling banyak dipakai adalah: nikotin (dari nikotin tembakau), kafein (terdapat dalam kopi, teh, coklat, minuman ringan), amfetanium, kokain (dari erythroxylum pohon koka), dan crack (kristalisasi bentuk dasar kokain).
b. Anti Depresan, yaitu sejenis obat yang mempunyai kemampuan untuk memperIambat fungsi sistem syaraf pusat dan otonom. Obat anti depresan memberikan perasaan melambung tinggi, memberikan rasa bahagia semu, pengaruh anastesia (kehilangan indera perasa), pengaruh analgesia (mengurangi rasa sakit), penghilang rasa tegang dan kepanikan, memperlambat detak jantung dan pernafasan serta dapat berfungsi sebagai obat penenang dan obat tidur. Obat anti depresan yang sering dipakai meliputi: obat penenang hipnotis, alkohol, benzodiazepines, obat tidur (dengan nama dagang seperti Valium dan Rohypnol), analgesik narkotika (opium, morfin, heroin, kodein), analgesik non-narkotika (aspirin, parasetamol), serta anastesia umum seperti ether, oksida nitrus.
c. Halusinogen. Sejenis obat yang memiliki kemampuan untuk memproduksi spektrum pengubah rangsangan indera yang jelas dan pengubah perasaan serta pikiran. Akibat yang disebabkan oleh halusinogen dan reaksi subyektif terhadap pengaruh-pengaruh tersebut bisa bebeda jauh antara satu pemakai dengan pemakai yang ragamnya mulai dari perasaan gembira yang luar biasa sampai perasaan ngeri yang luar biasa. Contohnya: LSD, psilocybin, jamur (juga dikenal sebagai jamur sakti), dan DMD atau detura yang berasal dari bunga terompet
d. Klasifikasi NAPZA yang lain. Jenis-jenis obat yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap sistem syaraf pusat dan otonom, namun jenis-jenis obat tersebut berpengaruh langsung terhadap bahan-bahan kimia otak yang spesifik (neurotransmitter). Ketika sedang aktif, neurotransmitter itu diyakini mempengaruhi emosi, rasa sakit, daya ingat dan keterampilan motorik
Bahaya NAPZA
Pada dasarnya, semua obat adalah racun, yang apabila dikonsumsi melebihi dosis yang aman dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat sampai menimbulkan kematian. Demikian pula dengan obat-obatan atau zat yang bersifat adiktif atau menimbulkan ketagihan. Dalam keadaan ketagihan, pecandu merasa sangat tidak nyaman dan kesakitan. Baginya, tidak ada lagi yang lebih penting daripada mendapatkan zat yang menyebabkan dia ketagihan itu. Untuk mendapatkan itu dia dapat melakukan apapun, seperti mencuri, bahkan membunuh Bila dikonsumsi terus-menerus, zat adiktif ini dapat menyebabkan peningkatan toleransi sehingga pemakai tidak dapat mengontrol penggunaannya dan cenderung untuk terus meningkatkan dosis pemakaian sampai akhirnya tubuhnya tidak dapat menerima lagi. Keadaan ini disebut overdosis, dan apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat, dapat menyebabkan nyawa melayang. Overdosis juga dapat disebabkan oleh penggunaan campuran dua jenis atau lebih NAPZA. Mencampur beberapa jenis sangat berbahaya karena kalau NAPZA dicampur, pengaruhnya akan lebih dahsyat bahkan dapat menimbulkan reaksi lain yang tak terduga. Banyak kasus overdosis yang merupakan akibat dari pencampuran berbagai jenis NAPZA. Campuran yang paling berbahaya adalah campuran dua macam depresan misa1nya heroin dan alkohol dan / atau valium rohypnol. Pengaruh sinergi dari dua jenis depresan dapat menutup rapat pusat pernapasan otak, yang mengakibatkan koma atau kematian.
Selain kecanduan, ketergantungan dan overdosis, masih ada bahaya lain yang mengintai para pengguna NAPZA. Efek yang ditimbulkan oleh NAPZA dapat membuat pemakainya kehilangan kontrol atas dirinya, sehingga terkadang melakukan hal-hal yang tidak akan dilakukannya apabila ia sedang dalam kesadaran penuh. Walaupun NAPZA tidak akan membuat seseorang menjadi pemerkosa kalau memang dia tidak punya fantasi untuk itu misalnya, tapi di bawah pengaruh NAPZA (terutama yang bersifat stimulan dan halusinogen) seseorang bisa melakukan hubungan seks yang tidak aman, yang buntut-buntutnya dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan atau penularan penyakit kelamin. Selain itu, bergantian memakai jarum suntik juga dapat menularkan virus seperti HIV dan Hepatitis B.
Tahap-tahap kecanduan NAPZA
Dari penjelasan di atas tadi, kita tahu bahwa seseorang tidak begitu saja mengalami ketergantungan, melainkan bertahap. Diawali dengan tahap eksperimental, dimana seseorang coba-coba memakai NAPZA, seperti juga coba-coba merokok atau minum beralkohol. Motivasi coba-coba ini bisa macam-macam. Setelah itu, mungkin karena merasakan efek yang menyenangkan, ia ingin mengulanginya. Apabila hal ini berlangsung lebih sering, maka ia akan memasuki tahap pembiasaan, dimana penggunaan NAPZA sudah menjadi kebiasaannya. Selanjutnya adalah tahap kompulsif yaitu seseorang sudah mengalami ketergantungan dan pemakaiannya sudah tidak dapat dikendalikan lagi, yang akhirnya dapat mengarah ke overdosis seperti tadi dibicarakan Bagaimana seseorang bisa mulai menjadi pemakai dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun faktor lingkungan. Kedua faktor ini berhubungan sangat erat satu sama lain. Yang termasuk faktor individu, selain untuk iseng dan coba-coba, antara lain adanya harapan untuk dapat memperoleh "kenikmatan" dari efek obat yang ada, atau untuk dapat menghilangkan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dirasakan, baik sakit yang sifatnya fisik (seperti yang dialami penderita kanker atau penyakit lain) maupun psikis, seperti misalnya sakit hati karena putus cinta, rapor jelek, atau dimarahin ortu Seringkali perilaku kita dipengaruhi oleh pergaulan maupun lingkungan tempat tinggal kita. Bagi generasi muda, hal paling berat yang dirasakan adalah tekanan kelompok sebaya (peer pressure) untuk dapat diterima/diakui dalam kelompoknya. Biasanya di kalangan remaja, kita suka ikut apa yang dilakukan oleh temen-temen kita, hanya karena takut dianggap nggak cool dan nggak gaul. Karena itulah, bergaul rapat dengan para pengedar dan pemakai NAPZA beresiko tinggi. Selain itu, tempat tinggal dan sekolah juga berpengaruh, misalnya rumah kita berada di lingkungan peredaran atau pemakaian NAPZA, atau kita bersekolah di tempat atau di lingkungan yang rawan terhadap penyalahgunaan NAPZA
.
Penggunaan narkoba yang semakin meluas di berbagai kalangan masyarakat dewasa ini tampaknya masih belum teridentifikasi secara komprehensif. Walaupun upaya upaya penanggulangan udah mulai bermunculan disana sini, tapi data mengenai seberapa luas penyebarannya di masyarakat, siapa aja yang terlibat, faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap permasalahan itu, serta dampak yang ditimbulkan dan sebagainya masih belum tersedia baik itu di instansi-instansi resmi maupun yang bergerak dalam bidang penanggulangan narkoba. Dulu kita pikir antara narkoba dan AIDS nggak ada hubungannya. Eh ternyata sekarang bukti menunjukkan bahwa kasus AIDS yang disebabkan karena Narkotika meningkat drastic, terutama dikalangan remaja, NAH, LO!
Saat ini di dunia diperkirakan hampir lebih dari 30 juta orang hidup dengan HIV/AIDS dan sebagian besar ada di negara-negara sedang berkembang. Oleh karenanya tidak mengherankan apabila AIDS saat ini menjadi penyebab yang paling utama dari kematian yang terjadi. WHO memperkirakan perkembangan HIV/AIDS setiap harinya terjadi sekitar 14.000 kasus baru atau setiap detiknya akan ada 9 kasus. Sementara itu di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS yang diketahui sebanyak 1283 kasus, termasuk tambahan pada bulan Juni 2000 kemarin sebanyak 26 kasus yang terdiri dari 8 kasus AIDS dan 18 kasus HIV positif. Dari jumlah kasus-kasus diketahui, diperkirakan sekitar 52.000 orang dewasa dan anak-anak telah hidup dengan HIV/AIDS, mengerikan bukan ?Di beberapa negara, pengguna napza ( narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif ) melalui jarum suntik atau lebih sering dikenal dengan IDU (Injecting Drug Use) atau obat yang disuntikkan menjadi sebuah tren baru yang menjadi pemicu kasus-kasus HIV/AIDS seperti di Malaysia, Vietnam, Thailand termasuk Indonesia. IDU mempunyai kaitan yang erat dengan HIV/AIDS manakala obat disuntikkan dengan menggunakan media atau jarum suntik yang telah terkontaminasi dengan virus sehingga virus dapat dengan mudah ditularkan daripada cara-cara penularan yang lain. Selain itu, kaitan yang lain yaitu, ada kecenderungan di kalangan IDU memiliki perilaku seksual yang beresiko tinggi.
Dengan kondisi seperti itu, jelas akan menjadi pemicu yang mengkhawatirkan terhadap kasus-kasus di sebuah daerah. Kondisi seperti ini pun ternyata sudah menjangkau kalangan IDU’s di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus HIV/AIDS yang disebabkan oleh Idu yaitu dari 1283 kasus HIV/AIDS, 60 diantaranya disebabkan oleh IDU. Gambaran yang cukup mengejutkan barangkali bisa dilihat pada perkembangan 6 bulan terakhir sampai dengan bulan Juni 2000 ini, di mana dari 240 kasus baru, 37 kasus diantaranya adalah IDU. Seperti pengalaman negara-negara lain, perkembangan kasus HIV/AIDS pada IDU ini diperkirakan bisa mencapai 40 persen.
Mengapa remaja memakai napza ? Ada banyak alasan mengapa remaja menggunakan napza, kebanyakan karena masalah emosional / psikis yaitu untuk mengurangi kecemasan, melupakan permasalahan yang sedang dihadapi ( melarikan diri dari masalah ), mengatasi kesepian, untuk relaks, dan masih banyak alasan lainnya. Namun ada juga yang menggunakan napza karena awalnya adalah coba-coba kemudian akhirnya ketagihan karena efek ‘enak’ yang didapatkan oleh remaja setelah mengkonsumsi napza. Menurut seorang ahli, ada 6 faktor ( yang dapat berdiri sendiri atau bergabung satu sama lain ) untuk menjelaskan mengapa seseorang bisa menjadi penyalahguna napza sedangkan yang lain tidak, yaitu :
1. Kebutuhan untuk menekan frustasi dan dorongan agresif, ketidakmampuan menunda kepuasan
2. Tidak ada identifikasi seksual yang jelas
3. Kurang kesadaran dan upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang bisa diterima secara sosialM
4. Menggunakan perilaku yang menyerempet bahaya untuk menunjukkan kemampuan diri
5. Menekan rasa bosan
Memang pada akhirnya permasalahan penyalahgunaan napza ini akan bergantung pada faktor diri remaja selain juga pengaruh lingkungan di sekitarnya ataupun tekanan dari teman sebayanya. Menggunakan narkotika melalui jarum suntik tidak hanya mangakibatkan tertularnya virus HIV/AIDS saja akan tetapi juga beberapa penyakit lain yang ditularkan melalui darah misalnya hepatitis B, hepatitis C, sipilis, ataupun malaria. Ternyata memang banyak resiko yang ditawarkan oleh penggunaan jarum suntik pada diri remaja.
Kemudian apa yang bisa dilakukan untuk mencegah semakin maraknya kasus penyalahgunaan napza di lingkungan remaja, khususnya yang menggunakan jarum suntik ? Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terinfeksinya HIV/AIDS melalui jarum suntik adalah :
1. Melakukan program pencegahan dengan melalui KIE ( komunikasi, edukasi, & informasi )
Misalnya dengan melalui ceramah, seminar, media seperti buklet, leaflet, poster, sticker, buletin ataupun majalah / koran
2. Melakukan program penurunan resiko
Selain pencegahan, maka perlu juga dilakukan program-program yang secara langsung ditujukan pada para IDU’s misalnya dengan penyediaan jarum suntik steril, memberikan penyuluhan kepada mereka dan partner seks mereka agar mereka menyadari resiko-resiko perilakunya dalam kaitannya dengan HIV/AIDS, menyediakan pelayanan konseling bagi para IDU’s maupun bagi IDU’s yang sudah hidup dengan HIV/AIDS, menyediakan pelayanan kesehatan dan juga menyediakan kondom. Memang program penurunan resiko ini cukup dilematis, di satu pihak itu memberikan kesan bahwa program ini justru melegalkan penyalahgunaan napza ataupun hubungan seks, namun di pihak lain ini merupakan sebuah strategi yang cukup efektif khususnya bagi remaja yang sudah aktif menggunakan napza, maupun yang sudah seksual aktif. Hal yang perlu diingat adalah bahwa kondisi remaja itu berbeda-beda, ada yang perilakunya tidak / kurang beresiko namun ada pula remaja yang perilakunya beresiko tinggi, dan tentu saja hal ini harus disikapi dengan metode yang berbeda sesuai dengan karakteristiknya.
3. Melakukan program outreach dan pendidik teman sebaya
Remaja biasanya lebih dekat dengan teman sebayanya dibandingkan dengan orangtua ataupun gurunya sehingga apabila ada permasalahan maka mereka lebih suka untuk datang ke temannya baik untuk menceritakan maupun meminta solusi atas permasalahan yang dialaminya. Dengan adanya program pendidik teman sebaya ini maka remaja akan menjadi narasumber bagi remaja lainnya.
4. Melalui rehabilitasi
Bagi remaja yang sudah ketagihan dan pengkonsumsi berat narkoba maka tidak ada jalan lagi kecuali ‘disembuhkan’ dengan cara rehabilitasi baik secara medis, psikis ( spiritual ) dan cara-cara yang lainnya.
Masa remaja memanglah masa yang indah, penuh dengan petualangan, sekaligus penuh dengan resiko, termasuk ketagihan obat-obatan terlarang. Hai remaja akankah kamu menyia-nyiakan masa mudamu dengan hal yang akan mengubur masa depanmu dan cita-citamu ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar