Oleh Surya Handayana
Tidak sedikit orang tua yang mengeluhkan anak remajanya susah diajak bicara dan perilakunya sukar dimengerti. Ada dua hal utama yang menjadi perhatian remaja. Pertama, identitas dan kepribadian. Sedang yang kedua, remaja membutuhkan pengakuan.
1. Identitas dan Kepribadian
Anak remaja memang seperti itu. Mereka akan berusaha tampil seperti idolanya. Kalau idolanya pemain sepak bola terkenal seperti David Backham, rambutnya akan dicukur mirip potongan rambut idolanya. Bahkan, anak remaja yang suka menonton film laga seperti Wiro Sableng, sering kali kakinya bergerak seolah menendang dan tangannya bergerak seolah-olah memukul atau menangkis pukulan. Dari sini terlihat bahwa anak remaja memang sedang mencari identitas diri. Yang pasti, idolanya bukan pribadi yang cengeng dan "memble", melainkan satu tokoh yang dianggapnya keren, gagah, dan populer. Ketika anak tidak mendapatkan sesuatu yang dapat dijadikan idola dari ayah atau ibunya, mereka tidak sulit untuk mengambil tokoh idolanya dari tayangan tv, komik, atau majalah. Apakah orang tua pernah menyediakan waktu untuk berbicara secara jujur dan terbuka dengan anak remajanya sehingga mengerti benar apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan, serta kerinduan hatinya?
Tidak sedikit orang tua yang menghadapi kesulitan karena sibuk bekerja, baik di luar maupun di dalam rumah sehingga tidak tersedia cukup waktu untuk berbicara dengan anak remajanya. "Koran Tempo" pernah memuat hasil survei yang menyatakan bahwa 59% orang tua di London sulit berperan sebagaimana layaknya orang tua, seperti meluangkan waktu untuk anak (Senin, 19 Juli 2004, hlm. B1). Juga harus dibuang mitos yang dipegang kebanyakan orang tua bahwa anak kelak juga akan mendapat pengertian sendiri sesuai dengan tingkat kedewasaan umurnya.
Sesungguhnya, remaja sangat membutuhkan bimbingan dan arahan untuk hidupnya. Berikan bimbingan dan pengarahan kepada remaja dengan kasih, tetapi tegas. Hindari cara memerintah dengan keras. Usahakan berbicara dengan sabar perihal hak dan tanggung jawab, pendidikan dan disiplin, juga hukum tabur-tuai. Misalnya, setiap sore ingatkan untuk menyelesaikan tugas sekolah, menyiapkan perlengkapan sekolah dan menaruh di meja belajarnya. Baru keesokan paginya diperiksa kembali sebelum dimasukkan ke dalam tas. Dengan cara itu, diharapkan tidak ada perlengkapan yang tertinggal. Demikian juga harus terus-menerus diingatkan untuk menyimpan pakaian, tas, sepatu di tempat yang disediakan agar tidak menimbulkan kesulitan ketika diperlukan.
Pembentukan kepribadian dapat diperoleh melalui didikan dan disiplin yang terus-menerus dengan sentuhan kasih. Didikan yang dimaksud bukanlah belajar di sekolah, melainkan didikan orang tua kepada anak sejak balita, anak-anak, dan remaja menuju dewasa. Remaja, bahkan sejak anak-anak, harus banyak mendapat didikan, pemberitahuan, informasi, nasihat, teguran, bahkan jangan dihindarkan hajaran atau disiplin bilamana diperlukan. Hajaran atau disiplin itu bisa berupa suatu hukuman tidak diberi uang saku untuk sementara waktu.
1. Remaja Butuh Pengakuan
Ada orang tua yang menyebutkan anak remajanya sangat cinta teman. Hampir sepanjang hari dan malam bersama teman-temannya sehingga sangat sedikit waktu berada di rumah, kecuali untuk tidur malam saja.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Orang tua harus mampu meneropong penyebab yang mengakibatkan perilakunya demikian. Remaja mendapat tempat dan pengakuan sebagai satu pribadi, baik dalam hal mengemukakan pendapat maupun dalam mengekspresikan dirinya di antara sesama temannya. Mereka dapat dengan leluasa berbicara dengan sesamanya, dapat bercerita asyik mengenai idolanya, hobi, dan kesukaannya tanpa takut dicemoohkan atau diremehkan.
Seorang remaja dengan jujur mengakui bahwa ia merasa lebih tenang dan khusyuk berdoa di gereja tetangganya daripada di gedung gereja lingkungannya sendiri di mana orang tuanya bergabung. Hal seperti ini memungkinkan terjadi di kota-kota. Janganlah hal seperti itu dipandang sebagai satu kesalahan yang perlu dicela, melainkan yang terpenting ialah bagaimana kita menyikapinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar